Renungan Harian Minggu Biasa XXX-A

Minggu, 23 Oktober 2011 : Hari Minggu Biasa XXX
Kel. 22:21-27; Mzm. 18:2-3a,3bc-4,47,51ab; 1Tes. 1:5c-10; Mat. 22:34-40

 

Perihnya Kehilangan Cinta

Negeri Cina baru saja dihebohkan oleh sebuah video rekaman CCTV, seorang anak berusia dua tahun yang tertabrak mobil. Sang penabrak berlalu dengan tenang. Kemudian lewatlah juga truk yang sekali lagi menabrak anak ini, dan sopirnya berlalu dengan tenang pula. Berikutnya lewatlah sembilan orang berturut-turut tanpa menghiraukan anak yang hampir hancur itu. Terakhir terekam seorang ibu yang tergopoh-gopoh mengangkat anak itu dan melarikan ke rumah sakit. Kalayak masyarakat negri cina bertanya, mengapa negeri sebesar ini bisa kehilangan cinta semendalam ini. Mengapa simpati terhadap sesama lenyap habis. Itulah sikap dan penyakit yang disebut bystander apathy.

Hal mengenaskan lain pernah terjadi di Indonesia, ketika seorang bapak ingin menguburkan anaknya di Bogor, karena yakin di Jakarta tak ada kesempatan bagi orang semiskin pemulung ini. Karena kemiskinannya, ia menggendong anaknya naik kereta, berlaku seolah-olah anaknya tidur. Barulah heboh setelah ketahuan anak yang dipangkuannya itu sudah mati. Cerita ini sungguh menyentak banyak pihak, karena ironis dengan gemerlap dan padatnya orang kaya yang bertengger di gedung-gedung jakarta.  Kisah ini kemudian mengingatkan kita bahwa cinta mestinya tak terkurung oleh fasilitas pribadi, cinta mesti memberi ruang kepada solidaritas, cinta memberi hati kepada orang “asing”.

 

Cinta Adalah Anugerah dan Panggilan

Bacaan injil hari ini menegaskan betapa mendasarnya perintah kasih bagi sejarah panjang hukum Israel, yang sebenarnya juga adalah terhadap segala hukum dunia, kasih adalah akar dan akhir uraiannya. Yesus juga menegaskan tidak terpisahnya cinta terhadap Allah dan terhadap sesama manusia.

Hal itu mudah kita terima dari Injil. Yang saya kuatirkan adalah bila kita tetap saja melihat perintah kasih sebagai sebuah kewajiban umat beriman. Maka perintah kasih menjadi tak  bergema dan tak menggembirakan. Cinta adalah anugerah. Cinta adalah panggilan mendasar murid-murid Tuhan. Mestinya kebanggaan umat kristiani bukan terletak pada besarnya gedung gerejanya,  bukan pada buku pujian dan alkitab yang dibawanya, bukan jumlah kolektenya, bukan oleh berapa M simpanan parokinya, tetapi oleh kasih yang ditunjukkan umatnya.

Kitab Keluaran menunjukkan radikalisme cinta dalam Tuhan, yang mampu menghormati, memperhatikan dan menyayangi setiap orang asing, atau “orang lain” di seputar kita. Cinta demikian akan menjadikan kita proaktif untuk menyapa, menerima, dan mencari mereka yang memerlukan perhatian dan kasih sayang kita.  Dan satu lagi, cinta yang semacam ini tidak tampil sebagai “hadiah istimewa” tetapi sebagai habit, sebagai kebiasaan sehari-hari, yang secara alamiah dilakukan dengan sukarela.

 

Mengasihi Apa Yang Dikasihi Tuhan

Begitu mudah kita mengatakan “I love You, Lord”, Bisa begitu ringan kita mengatakan “Aku mengasihi kamu, ya Tuhan.” Tetapi halnya bukan sesederhana kata. Mengasihi Tuhan berarti berani mengasihi apa yang dikasihi Tuhan. Di dunia ini, hal itu berarti berani mengasihi sesama, terutama mereka yang membutuhkan; berarti mencintai dengan sekuat tenaga, seperti kita mencintai diri kita sendiri.

Santo Paulus mengatakan begitu jelas pada Filipi 2:5: Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. Kata-kata ini dipakai untuk kita turut mengosongkan diri. Tetapi nasihat ini pasti bisa berlaku pula agar kita memiliki kasih seperti kasih Yesus.

Tuhan sendiri menunjukkan pemihakan yang begitu jelas pada mereka yang tertindas dan berseru minta tolong. Kitab Keluaran 22:27 mengingatkan bahwa terhadap orang-orang yang mendamba pertolongan itu Tuhan akan tetap mengasihinya. Maka apabila ia berseru-seru kepada-Ku, Aku akan mendengarkannya, sebab Aku ini pengasih.” Demikian dikatakan.

Pada akhirnya, menjadi jelas, bahwa Yesus tidak sedang berbicara tentang romantisnya cinta. Melainkan tentang perhatian, sikap hormat, dan kasih saya yang mendalam pada sesama. Dan cinta seperti ini mesti dilakukan sebagai pembiasaan sehari-hari. Bukan sebagai hadiah extraordinary.

——————————————-

 

Senin, 24 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 8:12-17; Mzm. 68:2,6-7ab,20-21; Luk. 13:10-17

Kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?

HUKUM SOLIDER

Masyarakat dan adatnya memiliki rangkaian nilai luhur. Hukum diciptakan untuk menjaga nilai luhur itu. Namun ironis bahwa hukum dan tradisi yang kaku tak jarang menghilangkan solidaritas dan itu berarti hilangnya nilai-nilai yang sedang diperjuangkan. Bagaimana kita membangun budaya kasih yang menjadi landasan dan buah dari segala pelaksanaan hukum?

 

 

Selasa, 25 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 8:18-25; Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6; Luk. 13:18-21

Maka kata Yesus: “Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.” Dan Ia berkata lagi: “Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”

KERAJAAN ATOMIC

Kerajaan Allah bekerja secara atomik, ledakan sebuah wujud kecil, biji sesawi atau ragi. Kenyataan ini memberikan harapan kepada kita yang kadang dibuat minder oleh keterbatasan-keterbatasan. Minoritas bukan momok bagi orang yang mengimani cara kerja biji sesawi dan ragi.

 

 

Rabu, 26 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 8:26-30; Mzm. 13:4-5,6; Luk. 13:22-30.

Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?”  Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.

JUMLAH YANG DISELAMATKAN

Ada pengajar yang sibuk menghitung berapa yang diselamatkan. Bagi Yesus, cukuplah kalau kita yakin bahwa di dalam nama Yesus kita memiliki jalan lebar untuk masuk ke kerajaaan Allah. Apakah anda masih sibuk berspekulasi tentang jumlah? Berdoalah dna serahkan hidupmu. Cukup.

 

 

Kamis, 27 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 8:31b-39; Mzm. 109:21-22,26-27,30-31; Luk. 13:31-35

Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka: “Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.

RESIKO

Memang sekilas saran orang farisi itu adalah sebuah keprihatinan, tetapi melihat pertentangan yang terus menerus dengan Yesus pantaslah kalau saran itu dimaknai sebagai sebuah intrik. Yesus dengan tegas mau menanggung resiko pewartaannya, tak mau menjadi pengecut ketika berhadapan dengan konsekuensi pahit dari pewartaannya . Ia tetap maju dengan tegak.

 

 

Jumat, 28 Oktober 2011 : Pesta S. Simon dan Yudas
Ef 2:19-22; Mzm. 19:2-3.4-5; Luk. 6:12-19

Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.

SEMUA ORANG MESTI MERASAKAN

Lukas menyebut banyak orang yang telah mendapat sentuhan keselamatan Yesus. Mereka datang dari berbagai kalangan bahkan dari daerah tepian, yakni Tirus dan Sidon. Kadang kita tergoda untuk mengkotak karya Yesus pada kalangan sempit, kalangan “kita”. Dan tanpa kita sadari kita telah mengkhianati gerakan Yesus dengan menyempitkan kalangan yang menerima berkat Tuhan. Seberapa horison dari setiap doa anda?

 

 

Sabtu, 29 Oktober 2011 : Hari biasa 

Rm. 11:1-2a,11-12,25-29; Mzm. 93:12-13a,14-15.17-18; Luk. 14:1,7-11

Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu.

JANGAN KEHILANGAN KERENDAHAN HATI

Sampai jaman sekarang, posisi terdepan senantiasa menjadi rebutan. Entah itu dalam hal politik, sosial, ekonomi, dan gengsi hidup sehari-hari. Tuhan tentu tak alergi dengan posisi depan, tetapi sadar bahwa ambisi dan status ini sering menghilangkan kerendahan hati yang menjadi prasarat murid-murid Tuhan yang mencari kebenaran.

 

2 responses to this post.

  1. Posted by Sinden & Tkg Nggamel. on October 24, 2011 at 9:16 PM

    Mo thanks renungan hariannya, and also thanks to God,because our new Priest just arrive,KKI Scranton bisa Misa lagi setiap bulannya. Amin,Amin….

    Reply

  2. Posted by parnocm on October 25, 2011 at 3:25 AM

    Selamat Bu atas sumber sukacita baru. Semoga umat Scranton semakin bergairah untuk misa lagi. Tuhan baik

    Reply

Leave a reply to parnocm Cancel reply