Archive for July, 2013

Renungan Harian Minggu Biasa Ke-15-C

Minggu, 14 Juli 2013: Hari Minggu Biasa XV

Ul. 30:10-14, Luk. 10:25-37

SIAPAKAH SESAMAMU?

Menjaga Reputasi

Ada orang tak dikenal terbaring dalam keadaan luka. Imam dan Orang Lewi yang melihatnya lewat saja tanpa menolongnya. Pastilah kita menghakimi mereka sebagai orang tidak baik, bagaimana mereka yang adalah imam dan kaum imami justru tidak berbuat-apa-apa. Jangan lupa mereka bertindak benar menurut hukum. Mereka adalah kaum yang berurusan dengan Bait Allah, yang tidak boleh bersentuhan dengan darah. Kalau dilakukan, ia akan dianggap tidak bersih. Demi melangsungkan panggilan keagamaannya mereka menjaga reputasi dengan cara mentaati hukum itu.

orgsamariaPada saat ini ada banyak orang berdarah, dalam arti yang lebih luas, dan dianggap perlu dijauhi. Ada yang dijauhi karena perlilaku buruk, ada yang dijauhi karena menderita AIDS, ada yang dijauhi karena pernah masuk penjara, ada anak yang dijauhi karena tidak jelas siapa orang tua atau asal-usulnya, ada yang dijauhi karena urusannya adalah urusan manusiawi yang dianggap tidak berhubungan agama. Intinya, mereka tidak bisa dianggap sebagai sesama. Dan kenyataannya, banyak yang menjaga kemurnian moral dan agama dengan menjauhi mereka.

Orang Menyeberang

Kata menyeberang tidak selalu harus dihubungkan dengan sungai atau agama lain. Kita perlu menyeberang batin, atau mungkin lebih tepat menyeberangkan batin. Orang Samaria adalah orang yang dianggap sebagai “orang asing.”  Meskipun mereka adalah bagian tak terpisahkan dari bangsa Israel, namun secara sosial mereka dipisahkan karena dianggap tidak setia

Sebaliknya orang Samaria ini justru yang paling mewakili hati Tuhan yang prihatin dan bertindak ketika melihat domba yang tak bergembala, ketika melihat penderita yang tak memiliki penolong. Belas kasihnya telah melampaui batas-batas sosial, mengalahkan dendamnya sebagai kelompok yang sering dipinggirkan, bahkan mengalahkan penilaian moral apapun dari masyarakatnya. Batinnya telah menyeberang dari manusia kepentingan menjadi manusia belas kasih.

Sesama

Kata “sesama” di dalam masyarakat umum menjadi sangat relatif, karena tergantung relasinya. Dia sesama karena datang dari asal suku yang sama, dari almamater yang sama, dari agama yang sama, dari pandangan yang sama, dari kelas sosial yang sama, dan sebagainya. Di dalam Yesus, kata “sesama” menjadi lebih sederhana dan mutlak, mereka  yang berbelas kasih, dialah sesama. Belas kasih mengatasi batas-batas moral dan perbedaan latar belakang.

Yesus tidak merendahkan moral yang diajarkan Taurat. Sebaliknya ia memberi makna terdalam dan nafas segar dalam mengartikan Taurat.  Mengikuti Tuhan tidak sekedar menjadi orang taat moral, tetapi menjadi orang yang penuh kasih. Tanpa belas kasih maka ajaran moral hanya akan menjadi belenggu hidup di dalam Tuhan; bahkan Yesus dengan jelas mensinyalir akan menjadikan manusia budak atas hukum Taurat. Kini nyata di masyarakat kita, moral sering menjadi bahasa yang tak menyatukan, menjadi alat untuk mengawasi dan mengadili hidup orang lain, sebaliknya belas kasih selalu menjadikan setiap orang sesama.

Di dalam terang injil, kata sesama bukanlah berbicara tentang orang lain, tetapi tentang sikap batin kita terhadap orang lain. Marilah belajar menyeberang, melangkah menuju sikap batin yang baru.   Ketika belas kasihpun masih dicurigai, tetaplah menyeberang!!!

 

 

Senin, 15 Juli 2013: Pw S. Bonaventura

Mat. 10:34 – 11:1

KURBAN PENGIKUT KRISTUS

Firman ini menggelisahkan,  “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang”  Setiap orang ingin damai yang dihasilkan dari kelekatan-kelekatan dengan orang dekat. Akan tetapi Tuhan tetap menegaskan bahwa mengikuti Kristus berarti memberanikan diri melepaskan kelekatan dengan orang dekat, bahkan nyawanya sendiri.

 

 

Selasa, 16 Juli 2013

Mat. 11:20-24

YANG PENTING BERTOBAT

Ketika orang lain mengalami kemalangan, kadang kita tergoda untuk menanyakan apakah salahnya. Bagi Yesus yang terpenting bukan melihat salahnya di masa lalu, tetapi apakah orang mau bertobat atau tidak. Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya: “Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.”

 

Rabu, 17 Juli 2013

Mat. 11:25-27
YANG TERBUKA

Daya pikir memang sangat berguna, tetapi kemampuan pikir bukan ukuran untuk bisa mengenal rajasia ilahi. Yesus berkata, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.” Hanya yang bersikap rendah hati, terbuka, an merasa kecil di hadapan Allah sajalah yang mampu melihat jelas kemuliaan Allah.

 

Kamis, 18 Juli 2013

Mat. 11:28-30

MEMIKUL KUK 

Kuk adalah alat untuk memasangkan sapi dengan sapi pasangannya dan dengan bajak.  Kuk akan menjadi semacam beban yang ukurannya telah disesuaikan dengan sapinya. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Tuhan memanggil kita untuk memikul beban tanggungjawab sesuai dengan ukuran kemampuan kita. Mengapa kadang kita masih menggerutu?

 

Jumat, 19 Juli 2013

Mat. 12:1-8
SENJATA TUHAN

Menjadi legalistis itu sebenarnya paling mudah, tinggal mengikuti pedoman aturan yang telah disediakan. Akan tetapi orang legalistis cenderung tidak manusiawi, karena mereka menghamba aturan, dan cenderung menyalahkan orang dengan hukum yang berlaku. Hidup dengan kasih akan sedikit lebih rumit, karena sikapnya rak hanya diukur dengan ayat hukum, melainkan dengan empati terhadap yang bersangkutan. “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” Tuhan datang bukan dengan senjata hukum, tetapi dengan kasih.

Sabtu, 20 Juli 2013

Mat. 12:14-21

TAK PATAH
Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.” Langkah Yesus tak akan terhenti hanya karena penderitaan. Ia memanggil kita menjadi saksi kesetiaan, bahkan kalau kesetiaan itu harus dibayar mahal dengan kesulitan hidup. Terpujilah Tuhan!