Archive for October, 2011

Renungan Harian Minggu Biasa XXXI-A

Minggu, 30 Oktober 2011 : Hari Minggu Biasa XXXI
Mal. 1:14b – 2:2b,8-10; Mzm. 131:1,2,3; 1Tes.2:7b-9,13; Mat. 23:1-12

Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.

HIDUP UTUH DAN TULUS

Mendekati akhir tahun liturgi Yesus terasa semakin keras terhadap mereka yang berkotbah tanpa melakukannya dan terhadap mereka yang menyalahgunakan kekuasaan untuk kemegahan diri. Jabatan religius dan jabatan politis sering berada dalam bahaya jatuh di kata, tak berbuah kesaksian. Bahkan tak jarang pakaian seragam jabatan politik dan jubah agama bisa menggiring yang bersangkutan pada posisi yang meninabobokkan, karena berada di posisi enak, lalu menaruh beban di pundak orang lain dan memanfaatkan jabatannya untuk keuntungan diri. Teguran ini memiliki arti bagi semua murid Kristus untuk menjadi pribadi yang mampu sekaligus berkata dan memberi kesaksian hidup, untuk mampu merendahkan hati di hadapan Allah, tulus, tidak menyalah gunakan kesempatan untuk kemuliaan diri. Ayat Kitab Maleaki ini tak termasuk dalam bacaan hari ini, tetapi sangat mewakili teguran Tuhan atas kita: “Terkutuklah penipu, yang mempunyai seekor binatang jantan di antara kawanan ternaknya, yang dinazarkannya, tetapi ia mempersembahkan binatang yang cacat kepada Tuhan (Mal 1:14a)”

 

 

 

Senin, Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 11:29-36; Mzm. 69:30-31,33-34,36-37; Luk. 14:12-14

Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.

TAK MENUNTUT BALAS

Ciri dari ketulusan seroang pengundang adalah tak menuntut balas. Prinsip itu cukup menantang di mana kita hidup di jaman yang serba berbalas, sms perlu dibalas, pemberian perlu dibalas, kado kondangan perlu dibalas, bahkan tak luput, sumbangan amal pun minta dibalas dengan space iklan, dan sebagainya. Dalam dunia seperti ini, posisi orang-orang yang tak mampu membalas bisa begitu terpinggirkan bahkan tak diperhitungkan. Tuhan Yesus telah menjadi pemulung, mengumpulkan mereka yang tak diakui dunia. Mampukah kita mengikuti langkahnya?

 
Selasa, 1 November 2011 : HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS
Why. 7:2-4,9-14; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; 1Yoh. 3:1-3; Mat. 5:1-12a

“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.

Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.

Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. ……..

ARE YOU HAPPY?

Menjadi bahagia lebih daripada sekedar merasa senang. Bahagia adalah rangkuman kesatuan suka dan duka yang terdalam. Menjadi orang kudus tentu bukan sekedar karena telah berprestasi membela Allah secara heroik, tetapi karena telah berbahagia di dalam Allah dalam segala puncak kesukaan dan lembah kedukaan. Apakah anda merasa bahagia di dalam Allah, Are you happy?

 

 

Rabu, 2 November 2011 : PERINGATAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN
2Mak. 12:43-46; Mzm. 130:11-2,3-4,5-6a,6-7,8; 1Kor. 15:12-34; Yoh. 6:37-40

Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”

KESELAMATAN UNTUK SEMUA

Di dunia kita menduga-duga siapa yang akan diselamatkan Tuhan, bahkan ada yang menghitung-hitung berapa yang akan diselamatkannya. Lalu bangga ketika kita mengira bahwa kita masuk dalam kalangan yang diselamatkan itu. Tanpa kita sadari kita telah menutup diri, tidak mewartakan Tuhan yang mau menyelamatkan semua, tanpa kecuali, supaya semua yang telah diberikan padaNya tak ada yang hilang. Hari peringatan arwah semua orang beriman adalah hari mulia ketika kita berdoa agar semua orang diselamatkan, tanpa kecuali.

 

 

Kamis, 3 November 2011 : Hari biasa
Rm. 14:7-12; Mzm. 27:1,4,13-14; Luk. 15:1-10

Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri. Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.”

TAK TERGELINCIR DI TITIAN

Hidup beragama sering menjadi titian yang kekiri kita bisa jatuh, kekanan bisa jatuh. Tuhan memerintahkan persembahan bukan untuk melupakan tanggung jawab sehari-hari. Ajaran spiritual tidak dimaksudkan untuk mengelabuhi kelemahan atau motivasi buruk. Hidup adalah titian sehari-hari untuk berpikir lurus tulus, tak menjadikannya kedok untuk kesempitan pikir kita. Berharap kita tak tergelincir di titian yang menjatuhkan pada pemikiran picik, memuliakan Allah dengan bibir saja, sementara hidupnya jauh dari Tuhan.

 

 

Jumat, 4 November 2011 : Pw S. Karolus Borromeus
Rm. 15:14-21; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4; Luk. 16:1-8; atau dr RUybs

Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan.

TAK TAKUT MENJADI CERDIK

Ada kata pintar, cerdik, dan licik. Cerdik berarti pandai melihat masa depan dan mengakali hidup untuk sesuatu yang lebih panjang. Perumpamaan tadi telah mengajari kita untuk tidak berhenti hanya pada belenggu saat ini, melainkan melihat keselamatan kita di masa depan. Tak perlu takut menjadi cerdik, Tuhan menyanjung mereka yang cerdik mengukur hidup untuk keselamatan kekalnya.

 

 

Sabtu, 5 November 2011 : Hari biasa
Rm. 16:3-9,16,22-27; Mzm, 145:2-3,4-5,10-11; Luk. 16:9-15

Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.

MEMENANGKAN PEREBUTAN DI DALAM

Perebutan tak hanya terjadi di kancah politik dan ekonomi, tetapi juga dalam batin manusia ketika memilih apa atau siiapa tuan yang mau dipatuhinya. Hal itu disadari persis oleh Yesus. Alah dan mamon sama-sama berharga dalam hidup manusia, tetapi Yesus yakin bahwa kita harus memilih salah satu, tak bisa mendua hati. Bagaimana menggunakan harta dunia untuk kemuliaan Allah dan tidak sebaliknya?


Renungan Harian Minggu Biasa XXX-A

Minggu, 23 Oktober 2011 : Hari Minggu Biasa XXX
Kel. 22:21-27; Mzm. 18:2-3a,3bc-4,47,51ab; 1Tes. 1:5c-10; Mat. 22:34-40

 

Perihnya Kehilangan Cinta

Negeri Cina baru saja dihebohkan oleh sebuah video rekaman CCTV, seorang anak berusia dua tahun yang tertabrak mobil. Sang penabrak berlalu dengan tenang. Kemudian lewatlah juga truk yang sekali lagi menabrak anak ini, dan sopirnya berlalu dengan tenang pula. Berikutnya lewatlah sembilan orang berturut-turut tanpa menghiraukan anak yang hampir hancur itu. Terakhir terekam seorang ibu yang tergopoh-gopoh mengangkat anak itu dan melarikan ke rumah sakit. Kalayak masyarakat negri cina bertanya, mengapa negeri sebesar ini bisa kehilangan cinta semendalam ini. Mengapa simpati terhadap sesama lenyap habis. Itulah sikap dan penyakit yang disebut bystander apathy.

Hal mengenaskan lain pernah terjadi di Indonesia, ketika seorang bapak ingin menguburkan anaknya di Bogor, karena yakin di Jakarta tak ada kesempatan bagi orang semiskin pemulung ini. Karena kemiskinannya, ia menggendong anaknya naik kereta, berlaku seolah-olah anaknya tidur. Barulah heboh setelah ketahuan anak yang dipangkuannya itu sudah mati. Cerita ini sungguh menyentak banyak pihak, karena ironis dengan gemerlap dan padatnya orang kaya yang bertengger di gedung-gedung jakarta.  Kisah ini kemudian mengingatkan kita bahwa cinta mestinya tak terkurung oleh fasilitas pribadi, cinta mesti memberi ruang kepada solidaritas, cinta memberi hati kepada orang “asing”.

 

Cinta Adalah Anugerah dan Panggilan

Bacaan injil hari ini menegaskan betapa mendasarnya perintah kasih bagi sejarah panjang hukum Israel, yang sebenarnya juga adalah terhadap segala hukum dunia, kasih adalah akar dan akhir uraiannya. Yesus juga menegaskan tidak terpisahnya cinta terhadap Allah dan terhadap sesama manusia.

Hal itu mudah kita terima dari Injil. Yang saya kuatirkan adalah bila kita tetap saja melihat perintah kasih sebagai sebuah kewajiban umat beriman. Maka perintah kasih menjadi tak  bergema dan tak menggembirakan. Cinta adalah anugerah. Cinta adalah panggilan mendasar murid-murid Tuhan. Mestinya kebanggaan umat kristiani bukan terletak pada besarnya gedung gerejanya,  bukan pada buku pujian dan alkitab yang dibawanya, bukan jumlah kolektenya, bukan oleh berapa M simpanan parokinya, tetapi oleh kasih yang ditunjukkan umatnya.

Kitab Keluaran menunjukkan radikalisme cinta dalam Tuhan, yang mampu menghormati, memperhatikan dan menyayangi setiap orang asing, atau “orang lain” di seputar kita. Cinta demikian akan menjadikan kita proaktif untuk menyapa, menerima, dan mencari mereka yang memerlukan perhatian dan kasih sayang kita.  Dan satu lagi, cinta yang semacam ini tidak tampil sebagai “hadiah istimewa” tetapi sebagai habit, sebagai kebiasaan sehari-hari, yang secara alamiah dilakukan dengan sukarela.

 

Mengasihi Apa Yang Dikasihi Tuhan

Begitu mudah kita mengatakan “I love You, Lord”, Bisa begitu ringan kita mengatakan “Aku mengasihi kamu, ya Tuhan.” Tetapi halnya bukan sesederhana kata. Mengasihi Tuhan berarti berani mengasihi apa yang dikasihi Tuhan. Di dunia ini, hal itu berarti berani mengasihi sesama, terutama mereka yang membutuhkan; berarti mencintai dengan sekuat tenaga, seperti kita mencintai diri kita sendiri.

Santo Paulus mengatakan begitu jelas pada Filipi 2:5: Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. Kata-kata ini dipakai untuk kita turut mengosongkan diri. Tetapi nasihat ini pasti bisa berlaku pula agar kita memiliki kasih seperti kasih Yesus.

Tuhan sendiri menunjukkan pemihakan yang begitu jelas pada mereka yang tertindas dan berseru minta tolong. Kitab Keluaran 22:27 mengingatkan bahwa terhadap orang-orang yang mendamba pertolongan itu Tuhan akan tetap mengasihinya. Maka apabila ia berseru-seru kepada-Ku, Aku akan mendengarkannya, sebab Aku ini pengasih.” Demikian dikatakan.

Pada akhirnya, menjadi jelas, bahwa Yesus tidak sedang berbicara tentang romantisnya cinta. Melainkan tentang perhatian, sikap hormat, dan kasih saya yang mendalam pada sesama. Dan cinta seperti ini mesti dilakukan sebagai pembiasaan sehari-hari. Bukan sebagai hadiah extraordinary.

——————————————-

 

Senin, 24 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 8:12-17; Mzm. 68:2,6-7ab,20-21; Luk. 13:10-17

Kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?

HUKUM SOLIDER

Masyarakat dan adatnya memiliki rangkaian nilai luhur. Hukum diciptakan untuk menjaga nilai luhur itu. Namun ironis bahwa hukum dan tradisi yang kaku tak jarang menghilangkan solidaritas dan itu berarti hilangnya nilai-nilai yang sedang diperjuangkan. Bagaimana kita membangun budaya kasih yang menjadi landasan dan buah dari segala pelaksanaan hukum?

 

 

Selasa, 25 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 8:18-25; Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6; Luk. 13:18-21

Maka kata Yesus: “Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.” Dan Ia berkata lagi: “Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”

KERAJAAN ATOMIC

Kerajaan Allah bekerja secara atomik, ledakan sebuah wujud kecil, biji sesawi atau ragi. Kenyataan ini memberikan harapan kepada kita yang kadang dibuat minder oleh keterbatasan-keterbatasan. Minoritas bukan momok bagi orang yang mengimani cara kerja biji sesawi dan ragi.

 

 

Rabu, 26 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 8:26-30; Mzm. 13:4-5,6; Luk. 13:22-30.

Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?”  Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.

JUMLAH YANG DISELAMATKAN

Ada pengajar yang sibuk menghitung berapa yang diselamatkan. Bagi Yesus, cukuplah kalau kita yakin bahwa di dalam nama Yesus kita memiliki jalan lebar untuk masuk ke kerajaaan Allah. Apakah anda masih sibuk berspekulasi tentang jumlah? Berdoalah dna serahkan hidupmu. Cukup.

 

 

Kamis, 27 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 8:31b-39; Mzm. 109:21-22,26-27,30-31; Luk. 13:31-35

Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka: “Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.

RESIKO

Memang sekilas saran orang farisi itu adalah sebuah keprihatinan, tetapi melihat pertentangan yang terus menerus dengan Yesus pantaslah kalau saran itu dimaknai sebagai sebuah intrik. Yesus dengan tegas mau menanggung resiko pewartaannya, tak mau menjadi pengecut ketika berhadapan dengan konsekuensi pahit dari pewartaannya . Ia tetap maju dengan tegak.

 

 

Jumat, 28 Oktober 2011 : Pesta S. Simon dan Yudas
Ef 2:19-22; Mzm. 19:2-3.4-5; Luk. 6:12-19

Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.

SEMUA ORANG MESTI MERASAKAN

Lukas menyebut banyak orang yang telah mendapat sentuhan keselamatan Yesus. Mereka datang dari berbagai kalangan bahkan dari daerah tepian, yakni Tirus dan Sidon. Kadang kita tergoda untuk mengkotak karya Yesus pada kalangan sempit, kalangan “kita”. Dan tanpa kita sadari kita telah mengkhianati gerakan Yesus dengan menyempitkan kalangan yang menerima berkat Tuhan. Seberapa horison dari setiap doa anda?

 

 

Sabtu, 29 Oktober 2011 : Hari biasa 

Rm. 11:1-2a,11-12,25-29; Mzm. 93:12-13a,14-15.17-18; Luk. 14:1,7-11

Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu.

JANGAN KEHILANGAN KERENDAHAN HATI

Sampai jaman sekarang, posisi terdepan senantiasa menjadi rebutan. Entah itu dalam hal politik, sosial, ekonomi, dan gengsi hidup sehari-hari. Tuhan tentu tak alergi dengan posisi depan, tetapi sadar bahwa ambisi dan status ini sering menghilangkan kerendahan hati yang menjadi prasarat murid-murid Tuhan yang mencari kebenaran.

 

Renungan Harian Minggu Biasa XXIX-A

Senin, 17 Oktober 2011 : Pw S. Ignasius dr Antiokhia
Rm. 4:20-25; MT Luk. 1:69-70,71-72,73-75; Luk. 12:13-21

Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”

 

 
Selasa, 18 Oktober 2011 : Pesta S. Lukas
2Tim. 4:10-17b; Mzm. 145:10-11,12-13ab,17-18; Luk. 10:1-9

Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.

 
Rabu, 19 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 6:12-18; Mzm. 124:1-3,4-6,7-8; Luk. 12:39-48

Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.” Kata Petrus: “Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang? Jawab Tuhan: “Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.

 
Kamis, 20 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 6:19-23; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 12:49-53

“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga.

 
Jumat, 21 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm 7:18-25a; Mzm 119:66,68,76,77,93.94; Luk. 12:54-59

Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?

 
Sabtu, 22 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 8:1-11; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; Luk. 13:19

Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.”

Renungan Harian Minggu Biasa XXVIII-A

Senin, 10 Oktober 2011 : Hari biasa 

Rm. 1:1-7; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4; Luk. 11:29-32

Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!

ORANG ASING MENJADI DEKAT

Sebuah kenyataan dari ikatan persaudaraan dalam Tuhan, yakni ketika orang yang semula asing menjadi dekat. Yesus menyebut ratu selatan yang akan menjadi pengadil bagi orang-orang yang semula dipilih Allah tetapi hidup dengan tidak setia. Dan hal itu terjadi karena orang asing itu attentive, mau mendengarkan hikmat salomo. Apakah anda semakin terbuka terhadap orang lain setelah mendengarkan hikmat Allah?

 

 

Selasa, 11 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 1:16-25; Mzm. 19:2-3,4-5; Luk. 11:37-41

Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. Tetapi Tuhan berkata kepadanya: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.

HIDUP DARI DALAM

Kadang kita dikejutkan oleh restoran yang megah bagus, tetapi kamar kecilnya kotor dan berbau. Reaksi spontan kita sebenarnya sudah merupakan pembelajaran yang mengingatkan bahwa penampilan luar mesti diimbangi kebersihan batiniah. Hidup dari dalam adalah bukti bahwa seseorang “memiliki isi”, tidak mengandalkan permukaan.

 
Rabu, 12 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm 2:1-11; Mzm 62:2-3.6-7,9; Luk 11:42-46

Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.”

BOBOT MANUSIA

Kehadiran orang-orang berbobot seperti Dalai Lama, Mother Theresa, Paus Yohanes Paulus II sering menjadi bagaikan magnet yang menyedot orang dari berbagai kalangan. Mereka menjadi tanda yang kelihatan bagi damai dunia. Sebaliknya, hidup yang kosong, yang lebih  suka nampak di depan tetapi tanpa jiwa kerendahan hati yang tulus, menjadi bagaikan kubur kosong yang tanpa tanda, tempat kebusukan yang menyesatkan orang. Demikian Yesus mengumpamakan.

 
Kamis, 13 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 3:21-30a; Mzm. 130:1-2,3-4b,4c-6; Luk. 11:47-54

Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya.

HORMAT YANG TULUS

Yesus memperingatkan keras mereka yang hidup dalam dua dunia, mencampurkan hormat dan kebencian, seolah menhormati nabi, tetapi membunuh suara para nabi. Berbahagialah orang yang hidup tulus, yang sikap hormatnya ditandai dengan keterbukaan terhadap suara kenabian.

 

 

Jumat, 14 Oktober 2011 : Hari biasa
Rm. 4:1-8; Mzm. 32:1-2,5,11; Luk. 12:1-7

Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah.

RAGI KEMUNAFIKAN

Ragi tak sekedar meresapi, tetapi juga mengubah rasa dan wujud. Ragi dipakai Yesus untuk mengumpamakan cara menyebarnya Kerajaan Allah, tetapi juga dipakaiNya untuk menggambarkan menyebarnya kemunafikan. Itu berarti Yesus melihat betapa berbahanya transformasi yang menghancurkan dari ragi kemunafikan. Seberapa kita menjadi pribadi yang kuat atas pengaruh kemunafikan dunia yang mengedepankan penampilan semu?

 

 

Sabtu, 15 Oktober 2011 : PW S. Teresia dr Yesus
Rm. 4:13,16-18; Mzm. 105:6-7,8-9,42-43; Luk. 12:8-12;

Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni.

BENTENG PENGAMPUNAN

Sikap menerima atau menolak Yesus adalah tahap kemudian dari hidup manusia, yang pertama-tama adalah mengakui kehadiran-Nya. Menyangkal kehadiran Yesus tak ubahnya menyangkal kenyataan yang ada di depan mata, sejalan dengan menghujat kerja Roh Kudus atas diri kita. Penyangkalan itu pula yang menutup pintu ampun atas luka manusia. Bagaimana kita membuka diri terhadap pewahyuan Yesus?


Renungan Harian Minggu Biasa XXVII-A

Senin, 3 Oktober 2011 : Hari biasa

Yun. 1:1-17;2:10; MT Yun. 2:2,3,4,5,8; Luk. 10:25-37

Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.

SESAMAKU JUGA YANG BERBEDA

Ucapan Yesus menyentuh nubari, terutama bagi yang telah terbiasa mengartikan sesama sebagai orang yang berkeadaan sama, seperti bersuku sama, berekonomi sama, beragama sama, bertempat tinggal di satu daerah, dan sebagainya. Tanpa sadar pemaknaan itu telah mengkotak-kotak manusia di dunia. Marilah ber “ziarah sosial” dengan melihat setiap orang yang berkeadaan berbeda sebagai sesama kita.

 

 

Selasa, 4 Oktober 2011 : Pw S. Fransiskus dr Assisi
Yun. 3:1-10; Mzm. 130:1-2.3-4ab,7-8: Luk. 10:38-42;

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”

MEMPRIORITASKAN

Saya yakin Yesus tak menyalahkan perbuatan Marta. Yesus hanya mau mengatakan bahwa Maria memilih yang paling tepat ketika masih berada bersama-sama dengan Yesus, memilih bersama dengan Yesus dan mendengarkannya. Kita sibuk dengan aneka kegiatan sehari-hari. Adakah penataan prioritas dalam kehidupan kita itu, adakah kita berani menarik diri untuk mendengarkan Tuhan, adakah ruang di batin kita untuk Tuhan.

 
Rabu, 5 Oktober 2011 : Hari biasa
Yun. 4:1-11; Mzm.86:3-4,5-6,9-10; Luk 11:1-4

Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.” Jawab Yesus kepada mereka: “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”

PERPADUAN

Dengan polosnya para murid meminta Yesus, Sang Guru, mengajari berdoa. Kata pertama dalam pengajaran Yesus sungguh mengejutkan, memanggil Allah sebagai “Bapa”.   Ia mengajar kita memuliakan Allah memakai sapaan yang sangat akrab. Adakah perpaduan itu di dalam sikap kita terhadap Allah, ada keakraban dan sikap hormat yang mendalam pada kemuliaanya.

 

 

Kamis, 6 Oktober 2011 : Hari biasa
Mal. 3:13 – 4:2a; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 11:5-13

Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”

MENGAKUI KASIH ALLAH

Kadang terpikir, kalau Tuhan sudah tahu, untuk apa kita berdoa. Memang berdoa bukan soal meminta, tetapi kalau harus mengucapkan, permintaan kita adalah bukti pengakuan kita akan kasih Allah. Logika Yesus sederhana, kalau orang jahat saja mengasihi anaknya, apa lagi Allah yang penuh kasih.

 

 

Jumat, 7 Oktober 2011 : Pw SP Maria Ratu Rosario
Yl. 1:13-15; 2:1-2; Mzm. 9:23.6.16.8-9; Luk. 11:15-26; atau dr RU SP Ma ria

“Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian, dan karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapih teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula.”

KEMBALI BURUK

Ketika seorang anak sudah belajar mencuri kita merasa sedih dan berkata “kecil-kecil kok sudah belajar mencuri”. Ketika mencurinya sudah menjadi kebiasaan, hingga menjadi “klepto”, kita menjadi lebih prihatin lagi. Memang setan yang kembali bisa membuat sebuah kesalahan menjadi tabiat buruk, pada akhirnya manusia mengalami kerusakan yang lebih serius dan tumpul nurani. Adakah kita waspada akan kebiasaan buruk kita?

 
Sabtu, 8 Oktober 2011 : Hari biasa
Yl. 3:12-21; Mzm. 97:1-2,5-6,11-12; Luk. 11:27-28

Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”

MEMBONGKAR “HAK KHUSUS”

Ungkapan Yesus adalah sebuah sindiran bagi orang Yahudi yang merasa menjadi pewaris keselamatan. Sementara sejatinya, yang sungguh memiliki kerajaan Allah adalah mereka yang mau dengan attentif mendengarkan firman dan kehendak Allah. Jaman ini masih banyak hak khusus yang kadang tak membuahkan apa-apa, bahkan membentengi manusia untuk berkembang, misalnya merasa diajar guru besar tersohor, merasa keturunan orang baik, pernah menjadi kelompok elit tertentu, merasa menjadi pendiri yayasan tertentu dan sebagainya.  Adakah sebuah kebanggaan akan hak khusus dalam diri kita yang harus dibongkar?